Sirah Community Indonesia

Madrasah Sirah Nabawiyah

  • Madrasah
  • Kajian
  • Video
  • Membaca Akar Persoalan Peradaban

    Membaca Akar Persoalan Peradaban
  • Peran Rihlah dalam Membangun Peradaban Dunia

    Peran Rihlah dalam Membangun Peradaban Dunia
  • Meneladani Peran Shahabiyah dalam Keluarga, Pendidikan, Ekonomi dan Politik

    Meneladani Peran Shahabiyah dalam Keluarga, Pendidikan, Ekonomi dan Politik
  • Ath Thabari dan Kenangan yang Melekat Tentangnya

    Ath Thabari dan Kenangan yang Melekat Tentangnya
  • Hakim bin Hizam Mengejar Ketertinggalan

    Hakim bin Hizam Mengejar Ketertinggalan

Madrasah

Membaca Akar Persoalan Peradaban

Sabtu – 9 Februari 2019, Madrasah Sirah Community Indonesia (SCI) kembali mengadakan Studium Generale yang ke-5 terhitung sejak tahun 2015.

Ratusan peserta dari berbagai latar belakang dan usia ini memadati Aula INSISTS, Jakarta Selatan.

Pendiri Madrasah SCI, Ustadz Asep Sobari, membuka materi dengan menjelaskan pentingnya memandang periode Sirah Nabawiyah dan Khilafah Rasyidah dan menghubungkannya dengan akar masalah peradaban saat ini.

Beliau menyayangkan interest umat muslim yang belum banyak memfokuskan hubungan sejarah denganย masalah peradaban saat ini. Sehingga membaca sejarah hanya sekadar data, padahal banyak yang bisa dipikirkan, renungkan dan menginspirasi untuk membangun masa depan.

“Sejarah itu tidak ada yang terputus satu fase dengan lainnya. Karena sejarah itu mata rantai yang saling terkait satu sama lain sehingga membentuk siklus, dan kita yang akan menjadi sejarah bagi masa depan termasuk dalam siklus itu. Semakin kuat kita memahami sejarah, maka akan semakin tajam pandangan kita terhadap persoalan hidup kekinian,” ujar lulusan Universitas Islam Madinah ini.

Apa yg terjadi pada Rasul saw dan sahabatnya bisa ditarik ke banyak hal untuk dijadikan alat/ perangkat untuk memandang persoalan-persoalan di masa kita.

Karena Sirah Nabawiyah dan Khilafah Rasyidah bukan sekadar kisah, namun ada kerangka yang bisa dipraktekkan dalam membangun peradaban Islam.

Pengurus MIUMI ini melanjutkan penjelasannya, “apa yg dimiliki Rasul saw sebagai modal peradaban? Ketika membangun peradaban Islam, Rasul saw tidak memiliki kekuatan politik, ekonomi, dll. Karena modal lahirnya peradaban ada pada masyarakatnya, artinya setiap masyarakat punya harapan untuk membangkitkan peradabannya.”

Mengutip teori Malek Bennabi, pengajar Madrasah Sirah ini mengutarakan, ada tiga unsur elementer yg menjadi modal kelahiran suatu peradaban, yakni manusia, materi dan waktu.

Namun tiga unsur ini harus bersenyawa dengan akhlaq sebagai manifestasi risalah. Bila tidak, maka ketiganya hanya onggokan material yg tidak akan melahirkan peradaban.

Dulu Rasul saw membangun peradaban tidak ada masalah tanpa anggaran negara. Karena ketiga elemen modal peradaban itu sudah menyatu. Saat menjelang perang Tabuk Rasul saw hanya perlu mengumumkan infaq di depan para sahabat.

Para sahabat pun merespon luar biasa, karena manifestasi risalah telah terbentuk dan akhlak pengusaha telah terbangun.

Usman bin Affan termasuk pengusaha yang merespon positif, ia sumbangkan hartanya di jalan Allah dari 300 unta dan terus bertambah. Inilah hasil dari gerakan Rasul saw membangun peradaban.

Sehingga hal yang sangat ditekankan oleh peneliti INSISTS ini, bahwa ketika ketiga elementer, yakni manusia, materi, waktu, disertai akhlak ini berpadu dalam proses membangun peradaban, maka akan melahirkan karya luar biasa. [Zaili Fitria]

PENDAFTARAN MADRASAH KHILAFAH RASYIDAH 2019

Sesi Abu Bakar dan Umar bin Khaththab

Ketika Rasul saw wafat, terjadi ketidakstabilan dalam pemerintahan Abu Bakar. Mulai dari kasus pemurtadan, munculnya Nabi palsu, adanya kelompok yang tidak mau membayar zakat, hingga keinginan beberapa suku Arab untuk menyerang Madinah. Bahkan termasuk tantangan dari Romawi yang ingin menghabisi Madinah.

Lalu bagaimana strategi Abu Bakar sebagai Khalifah pertama mengembalikan kestabilan pemerintahan Madinah?

Bagaimana pula estafet kekhalifahan dari Abu Bakar kepada Umar bin Khaththab berhasil gemilang hingga Islam tersebar sampai ke Syam, Persia, dan Mesir?

Lebih jauh lagi, bagaimana materi ini dipaparkan dengan menghubungkan metode Abu Bakar dan Umar bin Khaththab dalam menerapkan pola sunnatullah yang telah mereka dapatkan dari gurunya yaitu Rasul saw, dalam membangun umat?

Sehingga menjadi sangat wajar jika Sang guru berpesan pada kita, “Ikutilah sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin” (HR. Tirmidzi)

Temukan jawabannya pada Madrasah Khilafah Rasyidah bersama Sirah Community Indonesiaย dengan pemateri Ustadz Asep Sobari, Lc.

Insya Allah Studium Generale akan dilaksanakan pada hari Sabtu, 9 Februari 2019.

Informasi pendaftaran ke Nurina +62 813-2090-7000 (via WA).

Link pendaftaran: http://bit.ly/MKR2019

Kuota Terbatas hanya untuk 85 Peserta!

๐Ÿƒ ๐Ÿ‚ ๐Ÿƒ ๐Ÿ‚ ๐Ÿƒ ๐Ÿ‚ ๐Ÿƒ ๐Ÿ‚ ๐Ÿƒ
Tw & IG: @sirahcommunity
Fanpage: http://bit.ly/FPsirahcommunity
Telegram: https://t.me/sirahcomm
WhatsApp: https://bit.ly/WAsirahcommunity
Youtube:http://bit.ly/YouTubeSCI
Website: www.sirahcommunity.com

PENDAFTARAN MADRASAH SIRAH NABAWIYAH 2019


Bismillah, kepada sahabat SCI yg sudah lama menunggu kabar kelas Sirah Nabawiyah Intensif, silakan segera mendaftar. Pendaftaran sudah dibuka dan terbatas hanya untuk 85 peserta. .
.

Yuk, belajar Sirah! .

MADRASAH SIRAH NABAWIYAH
Sirah Community Indonesia
Angkatan V
(Hanya untuk 85 Peserta)

๐Ÿ“Œ Paket:
Level I
Sejarah kehidupan Nabi periode Mekkah sebanyak 12 materi

Level II
Sejarah kehidupan Nabi periode Madinah sebanyak 14 materi

Pendaftaran:
1. Mengisi form http://bit.ly/MSN2019
2. Melakukan pembayaran senilai Rp. 2.500.033,- ke Bank Syariah Mandiri (BSM) a/n Nurina Utami No. Rekening 7084618707
3. Melakukan konfirmasi pembayaran ke http://bit.ly/MSN2019konfirmasi

โฐ Jadwal
Studium Generale tanggal 9 Februari 2019
Kelas intensif mulai tanggal 2 Maret 2019
Pukul 13.30-18.00 WIB

๐Ÿ‘ณ Pengajar
Ustadz Asep Sobari, Lc
(Pendiri SCI, Alumnus Univ. Islam Madinah, Pengurus MIUMI, Peneliti INSISTS)

๐Ÿก Tempat
Aula INSISTS
Jl. Kalibata Utara II No 84. Jakarta Selatan

๐ŸŽ“ Fasilitas
1. Fotocopy materi
2. Coffee break
3. Snack
4. Sertifikat

๐Ÿ“ Syarat Beasiswa:
1. Mengisi form http://bit.ly/MSN2019
2. Memiliki keahlian desain grafis atau berprofesi sebagai Guru Agama atau seorang mahasiswa
3. Membuat karya tulis yang dikumpulkan tanggal 2 Februari 2019
4. Bersedia mengabdi di SCI
5. Menandatangani surat perjanjian beasiswa

๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ

Narahubung: Devina +62 857-1135-4336
Tw & IG: @sirahcommunity
Fanpage: http://bit.ly/FPsirahcommunity
Telegram: https://t.me/sirahcomm
WhatsApp: https://bit.ly/WAsirahcommunity
Youtube:http://bit.ly/YouTubeSCI
Website: www.sirahcommunity.com

Kajian

Peran Rihlah dalam Membangun Peradaban Dunia

Rihlah, ternyata merupakan tradisi yang sangat penting dalam peradaban Islam. Jika kita bicara kebesaran peradaban Islam, maka salah satu penopangnya ialah rihlah. Rihlah bukanlah sekadar jalan-jalan seperti yang dipahami secara umum saat ini, namun lebih bermakna sebagai petualangan.

 

Sebagaimana rihlahnya Ibn Jubair saat terjadi Perang Salib di Syam, tentu ini bukanlah jalan-jalan. Begitu juga dengan rihlah Ibn Battuta sampai ke Srilanka lalu masuk ke perairan Selat Malaka yang mempertaruhkan fisiknya hingga nyaris mati, namun karena memiliki fisik yang kuat ia mampu bertahan. Jadi rihlah bukanlah jalan-jalan, tapi lebih tepat petualangan yang penuh tantangan.

 

Pemaparan ini menjadi pembuka Daurah Petualangan-Petualangan dalam Islam, Sirah Community Indonesia (SCI), Ahad, 27 Mei 2018 lalu oleh Ustadz Asep Sobari, Lc. Beliau juga menjelaskan bahwa dulu kaum muslimin sangat terobsesi dengan rihlah (petualangan) sampai kemudian rihlahnya didokumentasikan dan dicatat. Sebagai pengejewantahan dari misi besar peradaban Islam yang tercantum dalam firman-Nya, โ€œKatakanlah, Jelajahlah bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan makhluk dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.โ€ (QS al-`Ankabut: 20)

 

Tafsir ayat ini bukan hanya membicarakan proses penciptaan manusia. Qul siiruu fil ardh, โ€œKatakanlahโ€, ini perintah Allah pada Nabi Muhammad Saw agar mengajarkan pada umatnya, โ€œjelajahlah bumi ini!โ€ Tujuannya untuk nadzhar; mencermati, meneliti, menjelajah, bukan sekadar cuci mata. Allah menekankan dari nadzhar ada proses lahir, bangkit, jatuhnya peradaban. Ayat ini merupakan perintah Allah untuk umat Islam menjelajahi bumi.

 

Banyak faktor yang memotivasi para petualang muslim melakukan penjelajahan, seperti ingin pergi haji, berdagang, tugas negara, dan lain-lain. Namun faktor utama tentu disebabkan karena ingin melakukan eksplorasi ilmu. Dan menariknya, mereka memiliki kebiasaan menuliskan hasil rihlahnya.

 

Pengurus MIUMI ini juga menyatakan bahwa yang diulas National Geographic, Tv Channel, dan lain-lain tentang seluk beluk suatu negara, masuk ke kampung-kampung, menyorot kebudayaan, dan masyarakat suatu daerah, sebenarnya kegiatan ini pertama kali dipelopori oleh para petualang muslim. Jauh sebelum barat mengemasnya dengan modern, di-shoot kamera, televisi, dan lain-lain.

 

Bedanya, saat petualang muslim berkelana, di masanya belum ada media sehingga hanya tertuang dalam buku. Artinya eksplorasi ilmiah awalnya adalah tradisi Islam. Kita tidak akan membayangkan di masa sekarang ada orang yang berjalan sampai ratusan ribu kilometer dan sambil berjalan ia mengamati, meneliti, dan itu merupakan bagian dari rihlah dalam Islam.

 

Pembina Madrasah Sirah Community Indonesia ini pun menuturkan nama petualang dan karya-karyanya. Seperti, Abu al-Qasim Ibn Khardazbah, di abad 3 H/9 M, memiliki karya yang berjudul al-Masalik wa al-Mamalik yang berisi tentang geografi dan kerajaan yang dikunjunginya. Karyanya mencatat masalah pemerintahan dan keuangan serta rute perjalanan yang ia lalui, sumber-sumber daya alam di negeri tersebut, dst. Artinya saat melakukan rihlah, sekaligus ia membuat penelitian.

 

Selain itu, ada Abu Ishaq al-Farisi di abad ke 4 H/10 M, judul karyanya al Masalik al-Mamalik. Dari hasil penjelajahannya ia membuat teori, bahwa wilayah Islam yang luas di masa Abbasiyyah bisa dibagi menjadi 20 bagian. Dengan pertimbangan membandingkan potensi di setiap daerah seperti hasil bumi, tambang, budaya masyarakatnya dst, dan titik pusatnya ia tentukan di Hijaz.

 

Petualang muslim lainnya yang memberi sumbangsih karya bagi peradaban dunia ialah Al-Idrisi di abad 6 H atau 13 M. Ia berpetualang sejak usia 16 tahun. Petualangannya ke beberapa negara sampai mengukur jarak antar kota, jarak sungai dan dari hasil catatannya dibuktikan di zaman modern ini hanya sedikit melesetnya. Ia juga membuat bola peta dunia yang bahannya terbuat dari perak atas permintaan Raja Roger II, saat ia ke Sisilia, Italia. Dan setelah diteliti melesetnya hanya sedikit dari peta sekarang.

Image via Google

Karya hasil petualangan Al Idrisi sangatlah banyak dan yang paling terkenal ialah ensklopedianya. Ia mulai membukukan catatan perjalanannya setelah selesai berkeliling hingga 20 tahun lamanya. Cara mendokumentasikan rihlahnya Al-Idrisi sama dengan Ibn Battuta. Ibn Battuta mencatat perjalanannya setelah 40 tahun berkeliling. Dan rekamannya hanya mengandalkan daya ingatnya. Menariknya ketika karya Al Idrisi diteliti secara ilmiah di zaman sekarang, tingkat akurasinya sangat tinggi.

 

Peneliti INSISTS ini juga menyebutkan pernyataan sejarawan muslim, Dr. Husein Muโ€™nis, saat orang barat meneliti dan membandingkan hasil karya petualang barat dan muslim, mereka mengkritik isi tulisan Marcopolo. Marcopolo memang lebih dulu menjelajah dan kurang lebih wilayah yang dijelajahi Marcopolo sama dengan Ibn Battuta. Namun, jika dibandingkan catatan perjalanan Marcopolo dengan Ibn Battuta, maka dapat diketahui bahwa meskipun Marcopolo mempunyai sekretaris, namun catatan penjelajahannya dari lokasi, kronologi peristiwa, dan lain-lain kurang akurat.

 

Berbeda dengan Ibn Battuta tingkat akurasi catatannya kuat, ia mencatat detil sekali. Misal, di daerah ini ada jenis tanaman apa saja, tanaman yang bisa menyembuhkan apa, ada jenis batu seperti apa, logam ditemukan di negara mana dan diantaranya masih ada yang misterius, artinya karya Ibn Battuta sampai sekarang masih diteliti orang barat.

 

Pembimbing Rihlah Peradaban umroh sekaligus Turki ini menekankan yang dilakukan petualang muslim itu bukan sekadar kepuasan pribadi untuk jalan-jalan, namun yang ditulis bermanfaat untuk banyak pihak, khususnya bagi pemerintahnya dalam mengelola negara. Jadi karya-karya mereka ini bukan bahan mentah tapi sudah sampai kesimpulan penting, bagaimana peradaban Islam seharusnya dibangun.

 

Karya para petualang muslim bukan hanya bermanfaat bagi muslim namun juga yang bukan muslim. Seperti yang disampaikan oleh Pembimbing Rihlah Peradaban Maroko-Spanyol ini, bahwa Vasco da Gama tanpa karya petualang muslim yakni Ibn Majid, ia tidak akan sampai ke Afrika. Begitu juga dengan Columbus tanpa buku petualang muslim sebelumnya, seperti karya Abu Ubayd al Bakri dan semisalnya, akan sangat sulit sampai ke Amerika.

 

Dan jika dicermati, karya mereka merupakan bagian dari pendekatan metodologi empirik yang tentu saja saat ini banyak diklaim bahwa baratlah yang memulainya, padahal kaum muslim telah melakukannya jauh lebih dulu sebelum barat. Hal itu bisa dibuktikan dari hasil karya para petualang muslim di atas.

 

Masih banyak lagi karya-karya para petualang muslim, jumlahnya sampai seratus dan belum termasuk karya yang tidak ditemukan karena jumlah petualang muslim dalam berbagai bidang sampai ratusan ribu. Dan karya-karya itu ada yang tertuang saat barat masih dalam masa kegelapan. Jadi umat Islam merupakan suplier ilmu dan barat hanya meneruskan saja. []

Meneladani Peran Shahabiyah dalam Keluarga, Pendidikan, Ekonomi dan Politik

Dan hendaklah kamu tetap di rumahmuโ€ฆโ€ฆ Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunah Nabimu). (Al-Ahzab: 33-34)

Ayat ini ditegaskan untuk istri-istri Nabi Saw agar memprioritaskan rumah (keluar kecuali darurat). Namun menariknya di ayat 34-nya, Allah menyuruh mereka (udzkurna) mengingat/menyampaikan ayat-ayat Allah dan hikmah yang turun di rumahnya. Tentu untuk memahami ayat ini harus menyelaraskannya dengan praktik para shahabiyah. Karena sesuai garansi Rasulullah Saw, โ€œSebaik-baik umat manusia adalah generasiku (sahabat), kemudian generasi setelahku, dst.โ€

Pemaparan ayat ini menjadi pembuka Daurah Shahabiyah Sirah Community Indonesia (SCI), Ahad, 26 November 2017 lalu oleh Ustadz Asep Sobari, Lc. “Rumah menjadi basis akhlak, adab dan dalam waktu yang bersamaan menjadi basis pendidikan, bukan hanya untuk keluarga tapi juga bagi semua orang. Saat peralihan dari jahiliyah ke Islam, yang mengajarkan wanita tidaklah banyak, sehingga Rasulullah Saw sangat mendorong mereka (para shahabiyah) agar mencintai ilmu, dan kelak hasilnya luar biasa”, ujar pendiri SCI ini. Pengajar Madrasah Sirah Nabawiyah ini juga menjelaskan metode penyampaian materi dalam daurah ini bukan hanya penjabaran kisah, namun pendalaman analisa sehingga peserta mudah mengambil hikmah dari kisah.

Meski ada empat bidang yang diangkat, yakni peran shahabiyah dalam keluarga, pendidikan, ekonomi dan politik, namun cara penyampaian alumnus Universitas Islam Madinah ini tidak terkotak-kotak, karena bidang satu dan lainnya saling berkaitan. Selama materi berlangsung ayat pembuka tadi menjadi acuan praktik para shahabiyah agar peserta yang hadir memahami bahwa di rumah artinya bukan tidak berprestasi. Aisyah lebih banyak di rumah tapi dari rumahnya ia berhasil mengkader ulama-ulama besar, baik dari generasi sahabat maupun tabiโ€™in bahkan ada juga ulama wanita.

Istri Rasul lainnya yang juga berprestasi dari rumah ialah Ummu Salamah yang membesarkan Hasan Al Bashri. Ibunya ialah pelayan Ummu Salamah sehingga sejak kecil Hasan Al Bashri yang lahir di rumahnya sering dibawa Ummu Salamah beraktivitas termasuk ke tempat Ummahatul Mukminin. Maka tak heran kelak Hasan Al Bashri menjadi ulama tabiโ€™in terbaik.

Meskipun mereka lebih banyak di rumah, namun baik seluruh Ummahatul Mukminin maupun Shahabiyah dari Anshar dan Muhajirin, ikut serta berperan membangun peradaban Islam. Seperti, Ummu Waraqah Al Ansyariah yang diberi Rasulullah Saw lisensi untuk mengajar Al-Qurโ€™an dan mengimami keluarganya, karena kemungkinan di rumahnya tidak ada laki-laki dewasa dan yang pandai membaca Al Qurโ€™an. Shahabiyah lainnya, Asyifa dari Muhajirin juga mendapat lisensi dari Rasulullah Saw mengajarkan ilmu pengobatan.ย Namun, yang menariknya adalah ternyata pada praktiknya Ummahatul Mukminin dalam kondisi tertentu tetap keluar rumah. Di masa Umar bin Khaththab, Ummu Salamah ikut serta dalam mengembangkan proses pendidikan di Kuttab.

Zainab binti Jahsy bertransaksi di pasar. Ia-lah istri Nabi Saw yang panjang tangannya (paling dermawan). Cara sedekahnya berbeda dengan istri Nabi yang lain, karena uang yang ia sedekahkan hasil keringatnya sendiri. Dari keahliannya mengolah kulit menjadi produk, lalu ia jual sendiri di pasar dan hasilnya ia sedekahkan pada fakir miskin. Motivasinya melakukan itu bukan sekadar mencari uang tapi agar bisa sedekah lebih banyak.

Istri-istri Nabi sering tidak punya uang, bukan karena tidak ada. Umar bin Khaththab saat menjadi khalifah, memberi tunjangan pada istri-istri Nabi sekitar 1200 dinar (2.5 M) per orang tiap tahun. Lalu mereka sedekahkan semuanya hingga habis sebagai bentuk ibadah pada Allah, di sisi lain memberi manfaat pada masyarakat agar dapat memenuhi kebutuhannya mereka.

Sebaik-baiknya harta ialah ketika berada di tangan orang sholeh. Kaya dan miskin adalah pilihan, dan praktiknya para sahabat yang kaya itu banyak. Menariknya, dalam konsep Islam, sahabat yang memilih hidup miskin tetap bisa memakmurkan bumi, beda dengan budaya kita sekarang. Kok bisa? Rasulullah Saw dan Khulafaur Rasyidin selama menjadi pemimpin negara memilih hidup miskin, bukan terpaksa miskin. Namun, apakah mereka memiskinkan rakyatnya? Tidak, mereka miskin untuk dirinya, tapi tetap menyejahterakan rakyatnya. Dalam riwayat Imam Ahmad, hasil wakaf Ali bin Abi Thalib mencapai 4000 Dinar (8M). Namun dalam waktu bersamaan, Ali sedang mengganjal perutnya dengan batu. Mengapa mereka seperti itu? Karena mereka paham salah satu tujuan diciptakan manusia ialah berperan aktif memakmurkan bumi dengan fasilitas ekonomi.

Istri Rasulullah Saw lainnya yang juga harus keluar dari rumahnya dalam kondisi tertentu ialah Aisyah. Sejak masa Abu Bakar, Aisyah telah menjadi konsultan para Khulafaur Rasyidin. Sehingga wajar Aisyah ikut berperan dalam menyelesaikan kasus pembunuhan Utsman di masa pemerintahan Ali yang membuatnya harus keluar dari kota Madinah.

Wanita memang tidak diwajibkan berjihad. Akan tetapi hal itu tak membuat mereka jadi acuh. Meski setelah turun keterangan bahwa wanita tidak wajib berjihad, para shahabiyah tidak diam, mereka protes pada Rasulullah Saw yang diwakilkan Asma binti Yazid agar tetap bisa berjihad. Dan jawaban Rasulullah Saw menyatakan bahwa jika seorang istri dan ibu menjalankan perannya di rumah dengan optimal maka pahalanya seperti pahala berjihad di jalan Allah.

Menariknya, meski sudah mendapatkan keringanan itu, para Shahabiyah tetap terlibat dalam medan jihad. Banyak wanita yang turun di medan jihad dari masa Rasulullah Saw sampai Khulafaur Rasyidin. Mengurusi logistik, pengobatan, bahkan ketika keadaan mendesak sampai ikut bertempur. Asma binti Yazid bahkan ikut berperang di Qadisiyahย karena perang sangat dahsyat, sampai ikut melawan musuh dan membunuh sembilan tentara Romawi di Qadisiyah.

Setelah memaparkan bagaimana praktik para Shahabiyah dalam mengaplikasikan surat Al Ahzab ayat 33-34, pengurus MIUMI ini menyatakan bahwa tidak tepat jika wanita mutlak harus di dalam rumah dan tidak boleh berada di ruang publik. Dalam kehidupan ini ada bidang-bidang yang tidak mungkin kosong dari peran wanita. Seperti saat masuk ke tempat umum, ada toilet wanita dan laki-laki, nah yang membersihkan toilet wanita siapa? Begitu juga dengan pasar, perempuan punya hajat untuk membeli kebutuhan pribadi mereka. Termasuk bidang kesehatan, apakah tidak perlu dokter kandungan perempuan? Sehingga dalam hal ini, kehadiran wanita di ruang publik pada batasan tertentu tetap dibutuhkan dan wanita tidak sepenuhnya mutlak harus di rumah.

Daurah Shahabiyah ini menjadi pembuka rangkaian Daurah SCI berikutnya, yakni Daurah Pendidikan, dan Daurah Ekonomi yang tentu pembahasannya berlatar Sirah Nabawiyah dan Sejarah Islam.

Zaili Fitria
Pegiat Sirah Community Indonesia

 

Ath Thabari dan Kenangan yang Melekat Tentangnya

[Catatan Inspirasi Kajian Tokoh Peradaban Islam – Sirah Community Indonesia oleh Ustadz Asep Sobari]

Abu Jaโ€™far Ath Thabari tak sekadar menjadi rujukan utama dalam ilmu saja, namun jua menjadi rujukan utama dalam akhlaq. Begitulah Al Khatib Al Baghdadi memberi testimoninya tentang Sang Mufassir.

Ayahnya, Jarir bin Yazid bin Katsir, ialah seorang ulama dan ahli sejarah. Sehingga peran ayahnya tak sekadar membesarkan saja namun jua menjadi guru pertama bagi Ibn Jarir. Ath Thabari kecil berhasil menghapal al Qurโ€™an di usia 7 tahun dan menjadi imam di Masjid ketika usia 8 tahun. Ia-pun mulai belajar hadits (sanad dan menghapalnya) di usia 9 tahun. Saat itu, usia 9 tahun belum masuk syarat belajar hadits, namun karena Ath Thabari sudah mencapai syarat-syarat mempelajari ilmu hadits ia diperkenankan mengikutinya. Syarat ini penting, bukan hanya sekadar keilmuan yang menyokongnya telah Ath Thabari kuasai, namun jua adabnya pada ilmu dan guru telah diresapi Ath Thabari.

Lahir di Thabaristan dan wafat di Baghdad, menunjukkan Ath Thabari terbiasa melakukan rihlah ilmu.

Imam Dzahabi mengatakan; Ath Thabari mulai mencari ilmu ke luar sejak tahun 240 H. Saat itu usianya 16 tahun dan wafat di usia 86 tahun. Artinya selama 70 tahun ia berkeliling mencari ilmu dan mengajarkannya.

Keluasan dan gairahnya menuntut ilmu menghantarkan Ath Thabari berdebat dengan murid-murid dari Imam Syafiโ€™i. Tentu, debatnya bukanlah bertujuan mencari eksistensi diri atau menunjukkan diri yang paling hebat.

Pernah dalam forum umum, Ath Thabari memenangkan debat dengan murid Imam Syafiโ€™i di Mesir. Namun yang memahami bahwa Imam Ath Thabari yang menang debat hanya para ulama, sedang orang awam berpikir Ath Thabari kalah, karena diakhir perdebatannya Imam Ath Thabari tetap memuji lawannya, โ€œAnda hebatโ€. Mengapa terdapat perbedaan persepsi antara ulama dan orang awam tentang siapa yang menang dalam debat tersebut? Ustadz Asep menjelaskan, โ€œTidak ada yang bisa mengetahui keunggulan seseorang kecuali orang yang unggul juga.โ€

Meski Ath Thabari menang dalam debat, ia tetap menjaga adab dan akhlaknya dalam perdebatan. Memuji lawannya dengan lapang di khalayak umum, tak membuat ia merasa rugi. Jika pujian mampu ia lontarkan itu artinya selama berdebatpun ia menggunakan bahasa yang halus.

Ath Thabari pernah jua berdebat dengan Imam Daud azh-Zhahiri. Di forum perdebatan, Az Zhahiri bungkam tak mampu menjawab pertanyaan Imam Thabari. Namun ternyata pengikut Az Zhahiri marah, melontarkan kata kasar dan menunjuk-nunjuk Imam Thabari. Luar biasanya beliau diam saja, meskipun mampu membalas namun ia tak lakukan. Bahkan sekalipun mampu mengerahkan pengikutnya, Imam Ath Thabari tak lakukan itu. Sikapnya menunjukkan kemurnian niat berdebatnya.

Dengan keberkahan ilmu yang ia miliki, ia beri keteladanan bagi kita hingga kini bahwa kebenaran disampaikan harus tetap berbalutkan adab dan akhlak yang mulia, sebagai pantulan dari betapa mulianya ilmu dan guru yang telah menyampaikannya pada kita. Sikap memilih diam dan memberi pujian pada lawannya saat berdebat menunjukkan bahwa menjaga persatuan dan persaudaraan lebih penting dari memuaskan gejolak pribadi.

Begitulah Ath Thabari, debatnya ditujukan untuk meninggikan agama Allah mencari kebenaran, tanpa sangka namun dengan kepastian data.

Wajarlah jika Tajuddin as Subki memujinya sebagai mujtahid muthlaq. Salah satu imam paling terkemuka di dunia ini baik ilmu maupun amalannya.

– Zaili Fitria

Hadiri Kajian Tokoh Peradaban Islam, Profil Imam Ath-Thabari (Bag. 2), Senin, 25 Sept 2017, pukul 18.30-21.00 WIB di Aula INSISTS – Kalibata Utara II No. 84.

๐Ÿƒ๐Ÿ‚๐Ÿƒ๐Ÿ‚๐Ÿƒ๐Ÿ‚๐Ÿƒ๐Ÿ‚๐Ÿƒ๐Ÿ‚ ๐Ÿƒ๐Ÿ‚๐Ÿƒ๐Ÿ‚๐Ÿƒ๐Ÿ‚๐Ÿƒ๐Ÿ‚๐Ÿƒ๐Ÿ‚ ๐Ÿƒ๐Ÿ‚๐Ÿƒ๐Ÿ‚๐Ÿƒ๐Ÿ‚
FB : Sirah Community
Tw &IG : @sirahcommunity
Gabung Channel Telegram: https://t.me/sirahcommunity
Web : www.sirahcommunity.com

Cari…

Like Page Kami

Like Page Kami

Terbaru….

  • Membaca Akar Persoalan Peradaban
  • PENDAFTARAN MADRASAH KHILAFAH RASYIDAH 2019
  • PENDAFTARAN MADRASAH SIRAH NABAWIYAH 2019
  • Berburu Buku di Kairo untuk Perpustakaan SCI
  • Peran Rihlah dalam Membangun Peradaban Dunia
  • Pandangan Pendidikan Umar bin Khaththab
  • Mengapa Andalus Runtuh?
  • Jami’ Al-Qaraouiyine, Fes
Copyright ยฉ 2016 ยท sirahcommunity.com