Sirah Community Indonesia

Madrasah Sirah Nabawiyah

  • Madrasah
  • Kajian
  • Video

Membaca Akar Persoalan Peradaban

February 20, 2019 Leave a Comment by Admin

Sabtu – 9 Februari 2019, Madrasah Sirah Community Indonesia (SCI) kembali mengadakan Studium Generale yang ke-5 terhitung sejak tahun 2015.

Ratusan peserta dari berbagai latar belakang dan usia ini memadati Aula INSISTS, Jakarta Selatan.

Pendiri Madrasah SCI, Ustadz Asep Sobari, membuka materi dengan menjelaskan pentingnya memandang periode Sirah Nabawiyah dan Khilafah Rasyidah dan menghubungkannya dengan akar masalah peradaban saat ini.

Beliau menyayangkan interest umat muslim yang belum banyak memfokuskan hubungan sejarah dengan masalah peradaban saat ini. Sehingga membaca sejarah hanya sekadar data, padahal banyak yang bisa dipikirkan, renungkan dan menginspirasi untuk membangun masa depan.

“Sejarah itu tidak ada yang terputus satu fase dengan lainnya. Karena sejarah itu mata rantai yang saling terkait satu sama lain sehingga membentuk siklus, dan kita yang akan menjadi sejarah bagi masa depan termasuk dalam siklus itu. Semakin kuat kita memahami sejarah, maka akan semakin tajam pandangan kita terhadap persoalan hidup kekinian,” ujar lulusan Universitas Islam Madinah ini.

Apa yg terjadi pada Rasul saw dan sahabatnya bisa ditarik ke banyak hal untuk dijadikan alat/ perangkat untuk memandang persoalan-persoalan di masa kita.

Karena Sirah Nabawiyah dan Khilafah Rasyidah bukan sekadar kisah, namun ada kerangka yang bisa dipraktekkan dalam membangun peradaban Islam.

Pengurus MIUMI ini melanjutkan penjelasannya, “apa yg dimiliki Rasul saw sebagai modal peradaban? Ketika membangun peradaban Islam, Rasul saw tidak memiliki kekuatan politik, ekonomi, dll. Karena modal lahirnya peradaban ada pada masyarakatnya, artinya setiap masyarakat punya harapan untuk membangkitkan peradabannya.”

Mengutip teori Malek Bennabi, pengajar Madrasah Sirah ini mengutarakan, ada tiga unsur elementer yg menjadi modal kelahiran suatu peradaban, yakni manusia, materi dan waktu.

Namun tiga unsur ini harus bersenyawa dengan akhlaq sebagai manifestasi risalah. Bila tidak, maka ketiganya hanya onggokan material yg tidak akan melahirkan peradaban.

Dulu Rasul saw membangun peradaban tidak ada masalah tanpa anggaran negara. Karena ketiga elemen modal peradaban itu sudah menyatu. Saat menjelang perang Tabuk Rasul saw hanya perlu mengumumkan infaq di depan para sahabat.

Para sahabat pun merespon luar biasa, karena manifestasi risalah telah terbentuk dan akhlak pengusaha telah terbangun.

Usman bin Affan termasuk pengusaha yang merespon positif, ia sumbangkan hartanya di jalan Allah dari 300 unta dan terus bertambah. Inilah hasil dari gerakan Rasul saw membangun peradaban.

Sehingga hal yang sangat ditekankan oleh peneliti INSISTS ini, bahwa ketika ketiga elementer, yakni manusia, materi, waktu, disertai akhlak ini berpadu dalam proses membangun peradaban, maka akan melahirkan karya luar biasa. [Zaili Fitria]

Filed Under: Acara, Kajian, Madrasah Tagged With: khilafah rasyidah, madrasah sci, madrasah sirah, sirah nabawiyahFiled Under: Acara, Kajian, Madrasah by Admin

Peran Rihlah dalam Membangun Peradaban Dunia

July 18, 2018 Leave a Comment by Admin

Rihlah, ternyata merupakan tradisi yang sangat penting dalam peradaban Islam. Jika kita bicara kebesaran peradaban Islam, maka salah satu penopangnya ialah rihlah. Rihlah bukanlah sekadar jalan-jalan seperti yang dipahami secara umum saat ini, namun lebih bermakna sebagai petualangan.

 

Sebagaimana rihlahnya Ibn Jubair saat terjadi Perang Salib di Syam, tentu ini bukanlah jalan-jalan. Begitu juga dengan rihlah Ibn Battuta sampai ke Srilanka lalu masuk ke perairan Selat Malaka yang mempertaruhkan fisiknya hingga nyaris mati, namun karena memiliki fisik yang kuat ia mampu bertahan. Jadi rihlah bukanlah jalan-jalan, tapi lebih tepat petualangan yang penuh tantangan.

 

Pemaparan ini menjadi pembuka Daurah Petualangan-Petualangan dalam Islam, Sirah Community Indonesia (SCI), Ahad, 27 Mei 2018 lalu oleh Ustadz Asep Sobari, Lc. Beliau juga menjelaskan bahwa dulu kaum muslimin sangat terobsesi dengan rihlah (petualangan) sampai kemudian rihlahnya didokumentasikan dan dicatat. Sebagai pengejewantahan dari misi besar peradaban Islam yang tercantum dalam firman-Nya, “Katakanlah, Jelajahlah bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan makhluk dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS al-`Ankabut: 20)

 

Tafsir ayat ini bukan hanya membicarakan proses penciptaan manusia. Qul siiruu fil ardh, “Katakanlah”, ini perintah Allah pada Nabi Muhammad Saw agar mengajarkan pada umatnya, “jelajahlah bumi ini!” Tujuannya untuk nadzhar; mencermati, meneliti, menjelajah, bukan sekadar cuci mata. Allah menekankan dari nadzhar ada proses lahir, bangkit, jatuhnya peradaban. Ayat ini merupakan perintah Allah untuk umat Islam menjelajahi bumi.

 

Banyak faktor yang memotivasi para petualang muslim melakukan penjelajahan, seperti ingin pergi haji, berdagang, tugas negara, dan lain-lain. Namun faktor utama tentu disebabkan karena ingin melakukan eksplorasi ilmu. Dan menariknya, mereka memiliki kebiasaan menuliskan hasil rihlahnya.

 

Pengurus MIUMI ini juga menyatakan bahwa yang diulas National Geographic, Tv Channel, dan lain-lain tentang seluk beluk suatu negara, masuk ke kampung-kampung, menyorot kebudayaan, dan masyarakat suatu daerah, sebenarnya kegiatan ini pertama kali dipelopori oleh para petualang muslim. Jauh sebelum barat mengemasnya dengan modern, di-shoot kamera, televisi, dan lain-lain.

 

Bedanya, saat petualang muslim berkelana, di masanya belum ada media sehingga hanya tertuang dalam buku. Artinya eksplorasi ilmiah awalnya adalah tradisi Islam. Kita tidak akan membayangkan di masa sekarang ada orang yang berjalan sampai ratusan ribu kilometer dan sambil berjalan ia mengamati, meneliti, dan itu merupakan bagian dari rihlah dalam Islam.

 

Pembina Madrasah Sirah Community Indonesia ini pun menuturkan nama petualang dan karya-karyanya. Seperti, Abu al-Qasim Ibn Khardazbah, di abad 3 H/9 M, memiliki karya yang berjudul al-Masalik wa al-Mamalik yang berisi tentang geografi dan kerajaan yang dikunjunginya. Karyanya mencatat masalah pemerintahan dan keuangan serta rute perjalanan yang ia lalui, sumber-sumber daya alam di negeri tersebut, dst. Artinya saat melakukan rihlah, sekaligus ia membuat penelitian.

 

Selain itu, ada Abu Ishaq al-Farisi di abad ke 4 H/10 M, judul karyanya al Masalik al-Mamalik. Dari hasil penjelajahannya ia membuat teori, bahwa wilayah Islam yang luas di masa Abbasiyyah bisa dibagi menjadi 20 bagian. Dengan pertimbangan membandingkan potensi di setiap daerah seperti hasil bumi, tambang, budaya masyarakatnya dst, dan titik pusatnya ia tentukan di Hijaz.

 

Petualang muslim lainnya yang memberi sumbangsih karya bagi peradaban dunia ialah Al-Idrisi di abad 6 H atau 13 M. Ia berpetualang sejak usia 16 tahun. Petualangannya ke beberapa negara sampai mengukur jarak antar kota, jarak sungai dan dari hasil catatannya dibuktikan di zaman modern ini hanya sedikit melesetnya. Ia juga membuat bola peta dunia yang bahannya terbuat dari perak atas permintaan Raja Roger II, saat ia ke Sisilia, Italia. Dan setelah diteliti melesetnya hanya sedikit dari peta sekarang.

Image via Google

Karya hasil petualangan Al Idrisi sangatlah banyak dan yang paling terkenal ialah ensklopedianya. Ia mulai membukukan catatan perjalanannya setelah selesai berkeliling hingga 20 tahun lamanya. Cara mendokumentasikan rihlahnya Al-Idrisi sama dengan Ibn Battuta. Ibn Battuta mencatat perjalanannya setelah 40 tahun berkeliling. Dan rekamannya hanya mengandalkan daya ingatnya. Menariknya ketika karya Al Idrisi diteliti secara ilmiah di zaman sekarang, tingkat akurasinya sangat tinggi.

 

Peneliti INSISTS ini juga menyebutkan pernyataan sejarawan muslim, Dr. Husein Mu’nis, saat orang barat meneliti dan membandingkan hasil karya petualang barat dan muslim, mereka mengkritik isi tulisan Marcopolo. Marcopolo memang lebih dulu menjelajah dan kurang lebih wilayah yang dijelajahi Marcopolo sama dengan Ibn Battuta. Namun, jika dibandingkan catatan perjalanan Marcopolo dengan Ibn Battuta, maka dapat diketahui bahwa meskipun Marcopolo mempunyai sekretaris, namun catatan penjelajahannya dari lokasi, kronologi peristiwa, dan lain-lain kurang akurat.

 

Berbeda dengan Ibn Battuta tingkat akurasi catatannya kuat, ia mencatat detil sekali. Misal, di daerah ini ada jenis tanaman apa saja, tanaman yang bisa menyembuhkan apa, ada jenis batu seperti apa, logam ditemukan di negara mana dan diantaranya masih ada yang misterius, artinya karya Ibn Battuta sampai sekarang masih diteliti orang barat.

 

Pembimbing Rihlah Peradaban umroh sekaligus Turki ini menekankan yang dilakukan petualang muslim itu bukan sekadar kepuasan pribadi untuk jalan-jalan, namun yang ditulis bermanfaat untuk banyak pihak, khususnya bagi pemerintahnya dalam mengelola negara. Jadi karya-karya mereka ini bukan bahan mentah tapi sudah sampai kesimpulan penting, bagaimana peradaban Islam seharusnya dibangun.

 

Karya para petualang muslim bukan hanya bermanfaat bagi muslim namun juga yang bukan muslim. Seperti yang disampaikan oleh Pembimbing Rihlah Peradaban Maroko-Spanyol ini, bahwa Vasco da Gama tanpa karya petualang muslim yakni Ibn Majid, ia tidak akan sampai ke Afrika. Begitu juga dengan Columbus tanpa buku petualang muslim sebelumnya, seperti karya Abu Ubayd al Bakri dan semisalnya, akan sangat sulit sampai ke Amerika.

 

Dan jika dicermati, karya mereka merupakan bagian dari pendekatan metodologi empirik yang tentu saja saat ini banyak diklaim bahwa baratlah yang memulainya, padahal kaum muslim telah melakukannya jauh lebih dulu sebelum barat. Hal itu bisa dibuktikan dari hasil karya para petualang muslim di atas.

 

Masih banyak lagi karya-karya para petualang muslim, jumlahnya sampai seratus dan belum termasuk karya yang tidak ditemukan karena jumlah petualang muslim dalam berbagai bidang sampai ratusan ribu. Dan karya-karya itu ada yang tertuang saat barat masih dalam masa kegelapan. Jadi umat Islam merupakan suplier ilmu dan barat hanya meneruskan saja. []

Filed Under: Acara, Kajian Filed Under: Acara, Kajian by Admin

Meneladani Peran Shahabiyah dalam Keluarga, Pendidikan, Ekonomi dan Politik

December 20, 2017 1 Comment by Admin

Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu…… Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunah Nabimu). (Al-Ahzab: 33-34)

Ayat ini ditegaskan untuk istri-istri Nabi Saw agar memprioritaskan rumah (keluar kecuali darurat). Namun menariknya di ayat 34-nya, Allah menyuruh mereka (udzkurna) mengingat/menyampaikan ayat-ayat Allah dan hikmah yang turun di rumahnya. Tentu untuk memahami ayat ini harus menyelaraskannya dengan praktik para shahabiyah. Karena sesuai garansi Rasulullah Saw, “Sebaik-baik umat manusia adalah generasiku (sahabat), kemudian generasi setelahku, dst.”

Pemaparan ayat ini menjadi pembuka Daurah Shahabiyah Sirah Community Indonesia (SCI), Ahad, 26 November 2017 lalu oleh Ustadz Asep Sobari, Lc. “Rumah menjadi basis akhlak, adab dan dalam waktu yang bersamaan menjadi basis pendidikan, bukan hanya untuk keluarga tapi juga bagi semua orang. Saat peralihan dari jahiliyah ke Islam, yang mengajarkan wanita tidaklah banyak, sehingga Rasulullah Saw sangat mendorong mereka (para shahabiyah) agar mencintai ilmu, dan kelak hasilnya luar biasa”, ujar pendiri SCI ini. Pengajar Madrasah Sirah Nabawiyah ini juga menjelaskan metode penyampaian materi dalam daurah ini bukan hanya penjabaran kisah, namun pendalaman analisa sehingga peserta mudah mengambil hikmah dari kisah.

Meski ada empat bidang yang diangkat, yakni peran shahabiyah dalam keluarga, pendidikan, ekonomi dan politik, namun cara penyampaian alumnus Universitas Islam Madinah ini tidak terkotak-kotak, karena bidang satu dan lainnya saling berkaitan. Selama materi berlangsung ayat pembuka tadi menjadi acuan praktik para shahabiyah agar peserta yang hadir memahami bahwa di rumah artinya bukan tidak berprestasi. Aisyah lebih banyak di rumah tapi dari rumahnya ia berhasil mengkader ulama-ulama besar, baik dari generasi sahabat maupun tabi’in bahkan ada juga ulama wanita.

Istri Rasul lainnya yang juga berprestasi dari rumah ialah Ummu Salamah yang membesarkan Hasan Al Bashri. Ibunya ialah pelayan Ummu Salamah sehingga sejak kecil Hasan Al Bashri yang lahir di rumahnya sering dibawa Ummu Salamah beraktivitas termasuk ke tempat Ummahatul Mukminin. Maka tak heran kelak Hasan Al Bashri menjadi ulama tabi’in terbaik.

Meskipun mereka lebih banyak di rumah, namun baik seluruh Ummahatul Mukminin maupun Shahabiyah dari Anshar dan Muhajirin, ikut serta berperan membangun peradaban Islam. Seperti, Ummu Waraqah Al Ansyariah yang diberi Rasulullah Saw lisensi untuk mengajar Al-Qur’an dan mengimami keluarganya, karena kemungkinan di rumahnya tidak ada laki-laki dewasa dan yang pandai membaca Al Qur’an. Shahabiyah lainnya, Asyifa dari Muhajirin juga mendapat lisensi dari Rasulullah Saw mengajarkan ilmu pengobatan. Namun, yang menariknya adalah ternyata pada praktiknya Ummahatul Mukminin dalam kondisi tertentu tetap keluar rumah. Di masa Umar bin Khaththab, Ummu Salamah ikut serta dalam mengembangkan proses pendidikan di Kuttab.

Zainab binti Jahsy bertransaksi di pasar. Ia-lah istri Nabi Saw yang panjang tangannya (paling dermawan). Cara sedekahnya berbeda dengan istri Nabi yang lain, karena uang yang ia sedekahkan hasil keringatnya sendiri. Dari keahliannya mengolah kulit menjadi produk, lalu ia jual sendiri di pasar dan hasilnya ia sedekahkan pada fakir miskin. Motivasinya melakukan itu bukan sekadar mencari uang tapi agar bisa sedekah lebih banyak.

Istri-istri Nabi sering tidak punya uang, bukan karena tidak ada. Umar bin Khaththab saat menjadi khalifah, memberi tunjangan pada istri-istri Nabi sekitar 1200 dinar (2.5 M) per orang tiap tahun. Lalu mereka sedekahkan semuanya hingga habis sebagai bentuk ibadah pada Allah, di sisi lain memberi manfaat pada masyarakat agar dapat memenuhi kebutuhannya mereka.

Sebaik-baiknya harta ialah ketika berada di tangan orang sholeh. Kaya dan miskin adalah pilihan, dan praktiknya para sahabat yang kaya itu banyak. Menariknya, dalam konsep Islam, sahabat yang memilih hidup miskin tetap bisa memakmurkan bumi, beda dengan budaya kita sekarang. Kok bisa? Rasulullah Saw dan Khulafaur Rasyidin selama menjadi pemimpin negara memilih hidup miskin, bukan terpaksa miskin. Namun, apakah mereka memiskinkan rakyatnya? Tidak, mereka miskin untuk dirinya, tapi tetap menyejahterakan rakyatnya. Dalam riwayat Imam Ahmad, hasil wakaf Ali bin Abi Thalib mencapai 4000 Dinar (8M). Namun dalam waktu bersamaan, Ali sedang mengganjal perutnya dengan batu. Mengapa mereka seperti itu? Karena mereka paham salah satu tujuan diciptakan manusia ialah berperan aktif memakmurkan bumi dengan fasilitas ekonomi.

Istri Rasulullah Saw lainnya yang juga harus keluar dari rumahnya dalam kondisi tertentu ialah Aisyah. Sejak masa Abu Bakar, Aisyah telah menjadi konsultan para Khulafaur Rasyidin. Sehingga wajar Aisyah ikut berperan dalam menyelesaikan kasus pembunuhan Utsman di masa pemerintahan Ali yang membuatnya harus keluar dari kota Madinah.

Wanita memang tidak diwajibkan berjihad. Akan tetapi hal itu tak membuat mereka jadi acuh. Meski setelah turun keterangan bahwa wanita tidak wajib berjihad, para shahabiyah tidak diam, mereka protes pada Rasulullah Saw yang diwakilkan Asma binti Yazid agar tetap bisa berjihad. Dan jawaban Rasulullah Saw menyatakan bahwa jika seorang istri dan ibu menjalankan perannya di rumah dengan optimal maka pahalanya seperti pahala berjihad di jalan Allah.

Menariknya, meski sudah mendapatkan keringanan itu, para Shahabiyah tetap terlibat dalam medan jihad. Banyak wanita yang turun di medan jihad dari masa Rasulullah Saw sampai Khulafaur Rasyidin. Mengurusi logistik, pengobatan, bahkan ketika keadaan mendesak sampai ikut bertempur. Asma binti Yazid bahkan ikut berperang di Qadisiyah karena perang sangat dahsyat, sampai ikut melawan musuh dan membunuh sembilan tentara Romawi di Qadisiyah.

Setelah memaparkan bagaimana praktik para Shahabiyah dalam mengaplikasikan surat Al Ahzab ayat 33-34, pengurus MIUMI ini menyatakan bahwa tidak tepat jika wanita mutlak harus di dalam rumah dan tidak boleh berada di ruang publik. Dalam kehidupan ini ada bidang-bidang yang tidak mungkin kosong dari peran wanita. Seperti saat masuk ke tempat umum, ada toilet wanita dan laki-laki, nah yang membersihkan toilet wanita siapa? Begitu juga dengan pasar, perempuan punya hajat untuk membeli kebutuhan pribadi mereka. Termasuk bidang kesehatan, apakah tidak perlu dokter kandungan perempuan? Sehingga dalam hal ini, kehadiran wanita di ruang publik pada batasan tertentu tetap dibutuhkan dan wanita tidak sepenuhnya mutlak harus di rumah.

Daurah Shahabiyah ini menjadi pembuka rangkaian Daurah SCI berikutnya, yakni Daurah Pendidikan, dan Daurah Ekonomi yang tentu pembahasannya berlatar Sirah Nabawiyah dan Sejarah Islam.

Zaili Fitria
Pegiat Sirah Community Indonesia

 

Filed Under: Acara, Kajian Tagged With: Daurah Ekonomi, daurah pendidikan, daurah sahabiyah, peran dalam keluarga, peran ekonomi, peran pendidikan, peran politik, peran sahabiyah, rasulullah saw, sahabat nabi, sahabiyah nabi, sci, sirah community indonesia, sirah nabawiyah, sirah nabiFiled Under: Acara, Kajian by Admin

Ath Thabari dan Kenangan yang Melekat Tentangnya

September 25, 2017 Leave a Comment by Admin

[Catatan Inspirasi Kajian Tokoh Peradaban Islam – Sirah Community Indonesia oleh Ustadz Asep Sobari]

Abu Ja’far Ath Thabari tak sekadar menjadi rujukan utama dalam ilmu saja, namun jua menjadi rujukan utama dalam akhlaq. Begitulah Al Khatib Al Baghdadi memberi testimoninya tentang Sang Mufassir.

Ayahnya, Jarir bin Yazid bin Katsir, ialah seorang ulama dan ahli sejarah. Sehingga peran ayahnya tak sekadar membesarkan saja namun jua menjadi guru pertama bagi Ibn Jarir. Ath Thabari kecil berhasil menghapal al Qur’an di usia 7 tahun dan menjadi imam di Masjid ketika usia 8 tahun. Ia-pun mulai belajar hadits (sanad dan menghapalnya) di usia 9 tahun. Saat itu, usia 9 tahun belum masuk syarat belajar hadits, namun karena Ath Thabari sudah mencapai syarat-syarat mempelajari ilmu hadits ia diperkenankan mengikutinya. Syarat ini penting, bukan hanya sekadar keilmuan yang menyokongnya telah Ath Thabari kuasai, namun jua adabnya pada ilmu dan guru telah diresapi Ath Thabari.

Lahir di Thabaristan dan wafat di Baghdad, menunjukkan Ath Thabari terbiasa melakukan rihlah ilmu.

Imam Dzahabi mengatakan; Ath Thabari mulai mencari ilmu ke luar sejak tahun 240 H. Saat itu usianya 16 tahun dan wafat di usia 86 tahun. Artinya selama 70 tahun ia berkeliling mencari ilmu dan mengajarkannya.

Keluasan dan gairahnya menuntut ilmu menghantarkan Ath Thabari berdebat dengan murid-murid dari Imam Syafi’i. Tentu, debatnya bukanlah bertujuan mencari eksistensi diri atau menunjukkan diri yang paling hebat.

Pernah dalam forum umum, Ath Thabari memenangkan debat dengan murid Imam Syafi’i di Mesir. Namun yang memahami bahwa Imam Ath Thabari yang menang debat hanya para ulama, sedang orang awam berpikir Ath Thabari kalah, karena diakhir perdebatannya Imam Ath Thabari tetap memuji lawannya, “Anda hebat”. Mengapa terdapat perbedaan persepsi antara ulama dan orang awam tentang siapa yang menang dalam debat tersebut? Ustadz Asep menjelaskan, “Tidak ada yang bisa mengetahui keunggulan seseorang kecuali orang yang unggul juga.”

Meski Ath Thabari menang dalam debat, ia tetap menjaga adab dan akhlaknya dalam perdebatan. Memuji lawannya dengan lapang di khalayak umum, tak membuat ia merasa rugi. Jika pujian mampu ia lontarkan itu artinya selama berdebatpun ia menggunakan bahasa yang halus.

Ath Thabari pernah jua berdebat dengan Imam Daud azh-Zhahiri. Di forum perdebatan, Az Zhahiri bungkam tak mampu menjawab pertanyaan Imam Thabari. Namun ternyata pengikut Az Zhahiri marah, melontarkan kata kasar dan menunjuk-nunjuk Imam Thabari. Luar biasanya beliau diam saja, meskipun mampu membalas namun ia tak lakukan. Bahkan sekalipun mampu mengerahkan pengikutnya, Imam Ath Thabari tak lakukan itu. Sikapnya menunjukkan kemurnian niat berdebatnya.

Dengan keberkahan ilmu yang ia miliki, ia beri keteladanan bagi kita hingga kini bahwa kebenaran disampaikan harus tetap berbalutkan adab dan akhlak yang mulia, sebagai pantulan dari betapa mulianya ilmu dan guru yang telah menyampaikannya pada kita. Sikap memilih diam dan memberi pujian pada lawannya saat berdebat menunjukkan bahwa menjaga persatuan dan persaudaraan lebih penting dari memuaskan gejolak pribadi.

Begitulah Ath Thabari, debatnya ditujukan untuk meninggikan agama Allah mencari kebenaran, tanpa sangka namun dengan kepastian data.

Wajarlah jika Tajuddin as Subki memujinya sebagai mujtahid muthlaq. Salah satu imam paling terkemuka di dunia ini baik ilmu maupun amalannya.

– Zaili Fitria

Hadiri Kajian Tokoh Peradaban Islam, Profil Imam Ath-Thabari (Bag. 2), Senin, 25 Sept 2017, pukul 18.30-21.00 WIB di Aula INSISTS – Kalibata Utara II No. 84.

🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂 🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂 🍃🍂🍃🍂🍃🍂
FB : Sirah Community
Tw &IG : @sirahcommunity
Gabung Channel Telegram: https://t.me/sirahcommunity
Web : www.sirahcommunity.com

Filed Under: Acara, Kajian Filed Under: Acara, Kajian by Admin

Hakim bin Hizam Mengejar Ketertinggalan

September 12, 2017 Leave a Comment by Admin

Dengan berbagai penyesalannya terlambat mengakui Islam sebagai agama rahmah, Hakim bin Hizam keponakan dari istri tercinta Rasulullah Saw, Khadijah, yang jua sekaligus kawan karib Rasul Saw, berusaha sekuat upayanya mengejar “ketertinggalan”.

Telah berlalu 21 tahun dakwah Rasul Saw bergema, namun Hakim belum tergerak. Meskipun jiwanya mudah menerima kebaikan, penuh derma, tak memusuhi dakwah Rasul Saw, bahkan pernah membantu Rasulu Saw, namun ia lama sekali tergerak menerima Islam.

Ia yg pernah menghadiahkan Zaid bin Haritsah pada bibinya, Khadijah, dianggap akan lebih mudah menerima Islam. Namun begitulah hidayah. Rasul Saw pun selalu optimis bahwa kelak Hakim akan menerima Islam. Maka pada perang Badar saat Hakim berada di posisi musuh, Rasul melarang Hakim untuk dibunuh.

Pada Fath Makkah, harapan Rasul Saw terwujud. Hakim penuh sesal, mengapa sampai 21 tahun lamanya ia menolak Islam. Ia pun mengejar ketertinggalannya dengan membeli Darrun Nadwah, tempat para pembesar Quraisy untuk rapat menetapkan kebijakan-kebijakan kotanya (MPR/DPR). Tempat ini jualah yg pernah dijadikan sebagai tempat merancang pembunuhan pada Rasul Saw.

Maka setelah Hakim membeli Darunn Nadwah, ia sumbangkan tempat tersebut pada Baitul Maal. Ia kejar ketertinggalannya melalui harta, karena ia pedagang yang sukes. Telah berlalu usianya setengah abad dalam kondisi jahiliyah, namun ghirahnya mengejar ketertinggalan amal melewati keterbatasan usianya. Semoga Allah Swt meridhoinya, radhiallahuanhu.

– Zaili Fitria

[Catatan Inspirasi Kajian Sirah Community oleh Ustadz Asep Sobari, Lc]

Filed Under: Kajian Filed Under: Kajian by Admin

Ath-Thabari, Rujukan Disiplin Ilmu Sepanjang Masa

August 29, 2017 Leave a Comment by Admin

   Sirah Community Indonesia (SCI) kembali menggelar Kajian Tokoh Peradaban Islam, mengupas profil tentang Muhammad bin Jarir ath-Thabari atau bisa dikenal dengan Imam Ath-Thabari. Terjadwal rutin pada Senin malam pada minggu ke-empat setiap bulannya, kajian ini dilangsungkan di Aula INSISTS Kalibata. Dimulai pada pukul 8 malam, kajian dimoderatori oleh Akmal Sjafril, Koordinator Pusat #IndonesiaTanpaJIL.

   “SCI bergerak di bidang Sirah dan Tarikh yang mungkin dipandang sempit, tapi dari sinilah kami mulai memikirkan peradaban”, Ustadz Asep Sobari memulai kajian dengan sedikit memperkenalkan SCI. Di tengah kajian, Peneliti INSISTS ini mengupas profil ath-Thabari mulai dari biodata pribadi hingga karya-karya yang telah ditelurkannya. “Thabari adalah nama tempat (Thabaristan), banyak ulama lain yang punya nama belakang seperti ini, namun inilah hebatnya beliau, jika disebutkan ‘ath-Thabari’ maka semua orang pasti merujuk pertama kali kepada Muhammad bin Jarirath-Thabari, karena memang beliau diakui oleh para ulama lainnya sebagai ulama paling terkemuka pada masanya”, papar Alumni Universitas Islam Madinah ini.

   Pendiri SCI ini juga menjelaskan bahwa Ath-Thabari merupakan salah seorang mujtahid terkemuka, menguasai banyak sekali ilmu (multi-disipliner), menjadi rujukan utama dalam tafsir, fiqh, tarikh sepanjang masa, hingga menjadi seorang Mujtahid Muthlaq. Sampai-sampai seorang Adz-Dzahabi menyebutkan bahwa beliaua dalah seorang imam terkemuka dan mujtahid, ulama terbesar di masanya, penulis karya-karya hebat (badi’ah: tidak ada yang hebat sebelumnya), ilmu, kecerdasan, dan karya-karyanya luar biasa. Sangat langka orang sepertinya di setiap masa, imam dalam fiqih, ijma’ dan ikhtilaf.

   ”Kajian ini sangat menarik karena saya sendiri kuliah di jurusan tafsir hadits dan memang Ath-Thabari ini merupakan salah satu referensi utama dalam bidang tafsir. Lebih tertarik lagi ketika saya tahu bahwa karya Ath-Thabari tidak hanya di bidang tafsir, namun juga di bidang tarikh dan lain-lainnya, dan itu-pun merupakan karya yang menjadi rujukan utama hingga saat ini. Hal ini lebih memotivasi saya untuk menuntut ilmu, mencintai ilmu, dan berjuang untuk ilmu”, pendapat Mawaddah, peserta kajian yang berasal dari Condet.

   Meski pemaparan materi dicukupkan hanya sampai pada karya-karya yang dilahirkan oleh ath-Thabari, namun peserta begitu antusias bertanya sehingga tidak terasa waktu sudah cukup larut, dari pertanyaan mendetail soal sikap pribadi hingga siapa saja guru dan murid beliau. Menurut informasi yang disampaikan panitia, kajian tokoh dengan profil Ath-Thabari ini akan dilanjutkan pada bulan berikutnya. Sehingga kurang lengkap rasanya kalau sampai peserta melewatkan jadwal kajian tokoh lanjutan tersebut. /AN

Filed Under: Acara, Kajian Filed Under: Acara, Kajian by Admin

Syama’il, Selangkah Lebih Dekat Kepada Baginda Nabi Saw

March 5, 2017 Leave a Comment by Admin

 Oleh: Zaili Fitria

Jum’at,  24 Februari lalu, Sirah Community Indonesia melaksanakan kegiatan rutin Mabit yang kedua tentang syama’il dan akhlak Rasulullah Saw dengan tema ciri fisik pertama, yakni rambut beliau Saw.

Acara yang diadakan di Masjid Al Muttaqien ini dibuka oleh Ustadz Asep Sobari, Lc, selaku pendiri SCI dengan penjelasan tentang istilah syama’il dan akhlak Rasulullah Saw,”Syama’il, ketika kita berbicara tentang fisik Rasulullah Saw maka akan masuk kepada aspek yang jauh dari sekadar fisik, karena apa yang terbaca dari gerak-gerik Rasulullah Saw itu akan menghantarkan pada akhlak Rasulullah Saw. Rasulullah Saw dengan senyumnya, sorot matanya, tentu itu bermula dari fisik, dari bibir beliau, mata beliau, wajah beliau, dari roman muka beliau, dan kemudian itu akan mengarahkan kita pada bagaimana akhlak Rasulullah terkait semua itu. Meskipun secara akademiknya ada pemisahan antara syama’il dan akhlak, namun sebenarnya semua itu terhubung dan ketika kita mempelajari syama’il Rasulullah Saw pasti akan masuk kepada akhlak beliau, untuk itu saya berinisiatif menggabungkan antara syama’il dan akhlak Rasulullah Saw. Saya juga akan detailkan kajian syama’il dan akhlak ini, karena ini materi yang kurang diangkat dengan detail dan termasuk sedikit buku terjemahannya kecuali yang berbahasa Arab, ada sampai puluhan judul.”

Pengurus MUIMI ini juga memaparkan tujuan utama mempelajari syama’il dan akhlak Rasulullah Saw sebagai bekal ilmu untuk mengenali fisik beliau Saw jika kita rindu dan dianugrahkan bermimpi bertemu beliau Saw, kita harus bisa memastikan yang masuk dalam mimpi kita adalah Rasulullah Saw. Kalau kita tidak mengenal syama’il beliau, kita tidak bisa mengklaim bermimpi Rasulullah Saw. Bagaimana kita mengatakan itu Rasulullah saw kalau kita tidak tahu ciri fisiknya? Kalau disebut rambut Rasul putih semua, itu bukan beliau.

Tujuan lainnya yang diungkap penggelut sirah sejak 20 tahu silam ini, “tentu untuk menumbuhkan cinta pada Rasulullah Saw. kalau seorang hamba sudah cinta pada Allah dan RasulNya, saya yakin tidak ada yang dirasa berat dalam hidup sebagai muslim sejati. Nah ketika kita merasa banyak persoalan hidup dan merasa berat dalam menjalankan hidup, lemah dalam membela Islam, membela Rasulullah Saw mungkin salah satunya kita kurang dalam mencintai Rasulullah Saw. Abu Hurairah periwayat hadits terbanyak diantara para sahabat, sangat sering ketika ingin menyampaikan hadits Rasulullah Saw menangis terlebih dahulu sebelum menyampaikannya, karena teringat seperti apa Rasulullah Saw saat menyampaikannya.”

“Begitu cintanya para sahabat kepada Rasulullah Saw, sampai jumlah ubannya pun ada yang menghitungnya”, tambahnya.

Anas bin Malik, Al Bara’ bin Azib, Ibn Abbas merupakan sahabat junior Rasulullah Saw yang banyak memberikan kita gambaran bagaimana fisik Rasulullah Saw, khususnya rambut beliau.

“Hampir tidak ada sahabat senior yang memaparkan tentang ciri rambut Rasulullah Saw, karena mereka memandang wajah Rasul saja tidak berani lama-lama, karena adabnya. Sedangkan sahabat junior, mereka masih anak-anak dan penasaran. Anas bin Malik sampai menghitung hingga dua kali jumlah uban Rasulullah Saw”, ujar pemateri yang juga peneliti INSISTS ini.

Materi tentang rambut Rasulullah Saw ini sangat detail disampaikan. Dimulai dari uban beliau, jumlahnya, letak ubannya, bagaimana bentuk rambutnya, gaya pengaturan rambutny, warnanya, potongannya, bentuknya, hingga penjelasan riwayat mengapa Rasulullah Saw beruban.

Sebagaimana testimoni salah satu peserta Mabit, Jamaludin yang bergelut di bidang usaha buku mengatakan, “Ilmu yang Ustadz Asep sampaikan begitu mudah tergambarkan.”

Pemaparan ini membuat para peserta antusias untuk kembali hadir dalam Mabit SCI berikutnya, pada tanggal 17 Maret melanjutkan pembahasan ciri fisik Rasulullah Saw, yakni seputar wajah beliau Saw.

Di akhir materi, pemateri yang pernah menempuh pendidikan di Universitas Islam Madinah ini juga menjelaskan bahwa tidak segala hal yang dilakukan Rasulullah saw itu bobotnya sunnah syariah. Para ulama membedakan sunnah syariah dengan kebiasaan. Dan rambut Rasulullah Saw termasuk kebiasaan, kenapa demikian? Karena model rambut saat itu seperti itu.[]

Filed Under: Acara, Kajian Filed Under: Acara, Kajian by Admin

KAJIAN MABIT : IZINKAN AKU MEMANDANGMU, WAHAI RASUL

December 11, 2016 Leave a Comment by Admin

??Undangan Terbuka

Hadirilah
MABIT
(Malam Bina Iman dan Taqwa)
_Sirah Community Indonesia_

Seri Kajian
Syama’il dan Akhlaq Nabi Saw:

“IZINKAN AKU MEMANDANGMU, WAHAI RASUL”

??Ustadz Asep Sobari, Lc (Pendiri SCI, Pengurus MIUMI, Peneliti INSISTS, Alumni UIM)

⏰Jum’at, 16 Desember 2016 pukul 18.30 – Sabtu, 17 Desember 2016 pukul 06.00

?Masjid Al Hidayah
Kompleks BI Pancoran
(Belakang Hotel Bidakara)
Jakarta Selatan

☎ Eva 085729991812

Format Registrasi :
?SCI_Nama_Domisili_Lembaga_No HP
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
Kirimkan Infaq Terbaik Anda ke Rekening BSM 7084618707 a.n Nurina Utami, dengan menambahkan angka tiga belas dibelakangnya.
Contoh : Rp. 50.013,-

??????????

Filed Under: Kajian Tagged With: kajian, sirah communityFiled Under: Kajian by Admin

REPORTASE : STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI DI MASA RASULULLAH

December 9, 2016 Leave a Comment by Admin

Sabtu, 03 Desember 2016, Sirah Community Indonesia mengadakan kegiatan daurah ekonomi dengan tema “Strategi Rasulullah SAW Dalam Membangun Ekonomi”.

Acara yang bertempat di Universitas Al Azhar Indonesia ini disambut dengan antusias oleh berbagai kalangan baik pengusaha, dokter, guru, pegawai, mahasiswa sampai masyarakat umum.

Dalam pembukaan acara tersebut, Ustadz Asep Sobari, Lc., pendiri SCI, memulai uraiannya dengan menganalisis tantangan ekonomi yang dialami kaum Muslimin setelah hijrah. Tantangan itu berupa pertambahan jumlah penduduk yang drastis, sektor ekonomi Madinah yang masih dikuasai Yahudi, sampai masalah menipisnya cadangan bahan pangan karena berkurangnya suplai barang dari luar sebagai akibat konflik antara Madinah dan Makkah. Sebagai dampak sulitnya kehidupan ekonomi pada saat itu, porsi makanan untuk satu orang dimakan oleh dua sampai tiga orang.

Lalu apa solusi Rasulullah untuk mengatasi masalah ini? Menurut alumni Universitas Islam Madinah ini, solusi penanganannya sesuai dengan potensi ekonomi yang dimiliki kaum Muslim di Madinah. Dari potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki Anshar berupa kebun dan pasar meskipun kurang memadai, tetapi karena adanya manajemen yang hebat dari Rosulullah dalam memanfaatkan SDA tersebut dengan mensinergikan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM), yakni Muhajirin yang ahli dalam berdagang dan Anshar yang ahli dalam bercocok tanam.

Letak geografis Madinah yang sangat potensial sebagai jalur transit perdagangan antara selatan dan utara Jazirah Arab juga menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan ekonomi Islam saat itu. Tidak butuh waktu lama. Hanya dalam rentang waktu delapan tahun saja, pasar Madinah berkembang menjadi pasar termaju di Jazirah Arab.

Menariknya, penerjemah buku Hakadza Zhahara Jiil ash-Shalahuddin karya Majid Irsan Kailani ini juga memaparkan strategi Rasulullah memenuhi suplai barang kebutuhan masyarakat Madinah. Beliau SAW melakukan kontrak politik dengan kabilah-kabilah Arab di sekitar Madinah yang meskipun secara aqidah mereka bertentangan, namun dapat memberi dampak positif pada kehidupan ekonomi umat.

Strategi lain yang diterapkan Rasulullah dalam memenuhi suplai kebutuhan pangan ialah melalui pemanfaatan sumber daya alam dengan memperluas lahan produktif. Lahan-lahan yang mati diolah agar menjadi subur. Selain itu, beliau juga membangun pasar baru sebagai role model pasar ideal berdasarkan syariat Islam. Pasar Islam inilah yang di kemudian hari bersaing dengan pasar terbesar di Madinah milik Yahudi Qainuqa’ yang sebelumnya menjadi pusat perdagangan terbesar.

Pengurus MIUMI ini juga mengatakan bahwa kala itu Rasulullah tidak memerintahkan para sahabatnya untuk memboikot pasar Yahudi, terlebih untuk menutup pasar tersebut meskipun beliau memimpin Madinah. Rasulullah mencontohkan persaingan yang sehat dengan menerapkan syariat Islam dalam sistem pengelolaan pasar. Sehingga tidak sampai tahun kedua setelah hijrah, pasar Islam Madinah mampu mengalahkan pasar Yahudi Qainuqa’ yang penuh kezhaliman. Bukan hanya pedagang lokal, pedagang asing juga tertarik bertransaksi di pasar Islam.

Dalam kesempatan itu, peneliti INSISTS ini menjelaskan cara pandang yang benar terhadap harta, kekayaan, dan kerja bagi seorang Muslim. Bahwa tak ada syarat menerima rizki Allah harus sesuai dengan lulusan bidang pendidikan, atau strata sosial tertentu. Dalam pandangan Islam, jika seorang Muslim menganggur maka itu ialah aib dan dosa besar. Banyak ayat al-Quran dan hadits Rasulullah yang memerintahkan seorang Muslim untuk aktif bekerja.

Saat berikhtiar dan bekerja pun seorang Muslim tidak hanya bersama kepada skill belaka. Ia memiliki perasaan tawakkal dan qona’ah. Hal inilah yang membawa ketenangan hati ketika berikhtiar. Ia tak pernah takut rizkinya direbut orang, karena yakin bahwa rizki yang telah ditakdirkan menjadi miliknya tidak akan bertukar. Begitu juga sebaliknya.

Oleh sebab itu, hal yang pertama yang Rasulullah lakukan di Madinah sebelum yang lain ialah memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Karena Rasulullah ingin membangun standar umum masyarakat Muslim, yaitu masyarakat yang produktif, benar-benar bekerja dan kemudian kebutuhan dasarnya terpenuhi. Oleh karena itu tak ada alasan untuk tidak berprestasi dan tidak berkerja.

Di akhir penjelasannya, pengajar Madrasah Sirah Nabawiyah ini juga sempat menyinggung gerakan wakaf merupakan kekuatan terbesar dalam membangun ekonomi di Madinah dibanding dari hasil ghanimah maupun zakat.

Oleh: Zaili Fitria
Editor: Abu Abdail Bari

Filed Under: Acara, Kajian Tagged With: kajian, Madrasah Sirah Community, sirah community, STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI DI MASA RASULULLAHFiled Under: Acara, Kajian by Admin

Testimoni peserta Dauroh Ekonomi SCI, 03 desember 2016 di Universitas Al Azhar Indonesia

December 9, 2016 Leave a Comment by Admin

? Sungguh kagum dan takjub ketika mendengar bahwa sistem ekonomi di zaman Rasulullah telah dibangun dengan fondasi yang kuat, hingga ke beberapa generasi setelahnya.

Rasulullah tak disangkal adalah sosok jenius, bahkan untuk bidang ekonomi sekalipun. Adanya dauroh ini, sekilas dapat membayangkan bagaimana cara beliau membangun solidaritas, mengatasi masalah pangan dan membangun pasar untuk menghadapi krisis yang mengguncang Madinah saat itu.

Peran para sahabatpun tak kalah menarik. Kesungguhan mereka dalam berlomba-lomba menginfakkan harta mereka, membuat iri diri ini.

Relevansi dengan zaman sekarang? Pasti ada. Selalu ada benang merah yang menghubungkan permasalahan masa lalu dan masa kini. Walaupun teknologi jauh berbeda dengan zaman Rasulullah.

Dalam dauroh ekonomi ini pun didapatkan pula ibrah yang begitu besar dari segi ruhaniyah. Bagaimana Allah Azza wa Jalla telah menjamin setiap makhlukNya rezeki yang tidak akan tertukar dengan makhluk yang lainnya.
Bagaimana kita harus saling membantu ke sesama..

“Jangan menghitung hal-hal yang kamu berikan kepada orang lain, jikalau kamu tidak mau Allah menghitung apa yang Dia berikan untukmu “

Aahh.. rasanya memang terlalu singkat daurah yang kemarin. Terasa memukau walau baru membahas sebagian permukaannya.
#Kode Keras supaya dibuat dauroh ekonomi lanjutan
#Kode Keras buat ikut Madrasah SCI

? Nadia Riantini
Karyawan

?☘?☘?☘?☘?☘?☘?☘?☘?

? Alhamdulillah Allah izinkan ikut dauroh ekonomi meski datang agak telat, jd feel awalnya kurang dapat, tp ‘ala kulli haal materinya masya Allah,, padat bergizi.

Selama ini kajian yg banyak dibahas di berbagai majelis seputar perang rasulullah, dakwah rasulullah, tp ttg bagaimana rasulullah membangun ekonomi blm banyak dan kurang detail penggambarannya. Dan kondisi yg kita hadapi saat ini adalah merosotnya ekonomi ummat islam secara keseluruhan, jika kita tdk tahu sosok rasulullah sbg pakar ekonomi maka risalah ini akan terasa tak lengkap, padahal Allah telah menurunkannya sempurna.

Saya merasa dauroh spt kemarin sangat perlu diadakan lg kalau bisa rutin, karena rasanya masih blm puas. Entah kenapa mempelajari sosok kanjeng nabi ini menimbulkan efek ketagihan akut.

Dari daurah ini saya jd tau apa sbnrnya tujuan muslim berbisnis, dimana batasnya, hakikat harta itu apa dll. Bisa dibilang semua muslim yg terjun di dunia bisnis harus paham konsep berbisnis ala Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Terima kasih untuk ustadz atas ilmunya dan panitia yg telah memfasilitasi adanya dauroh spt ini.

? Qathrin
Suplier Teri dan Sambal Medan

?☘?☘?☘?☘?☘?☘?☘?☘?

? AlhamdululLah diizinkan Allah untuk ikut Daurah Ekonomi SCI.

Sedari awal daurah hingga akhir cara penyampaian materi Ust Asep Sobari sangat menarik sehingga materi dapat diterima dengan baik.

Walaupun banyak tantangan yang dihadapi RasululLah ﷺ dalam membangun ekonomi setelah hijrah, RasululLah ﷺ mampu menyelesaikan dengan baik dalam waktu yg relatif singkat. Bahkan strategi tersebut mampu menjadi pondasi yang kokoh pada masa khalifah hingga saat ini.

Selain itu daurah ini juga mampu membuat semangat untuk menjadi pengusaha tangguh yang dicintai Allah semakin menggebu.

Wahhh pokoknya nyesel deh klw ndak ikut. Terimakasih untuk seluruh panitia ditunggu daurah selanjutnya yah. ???

? Ria Afriyani
Karyawan swasta & penjual buku Islami

?☘?☘?☘?☘?☘?☘?☘?☘?

? Sy sangat berkesan dg pemaparan ust asep sobari dlm menjelaskan materi2.. serasa sy dibawa wkt kuliah ekonomi Islam dulu.. ttg bgm konsep harta.. tapi yg bikin beda.. ust Asep selalu menyelipkan kisah2 sarat nilai yang katanya bukan karangan apalagi rekayasa.. tp semua ada sumber yg jelas berdasarkan dalil..

Ada ungkapan bhw ilmu itu harus diikat & dicatat.. galau antara tangan yg ingin terus menulis setiap kata yg keluar dr ust asep sobari.. dengan terbuai ingin mendengarkan dg seksama dongeng kisah2 yg seakan2 kita dibawa kembali ke masa lampau.. ? yang ga kalah mengasyikan adl kisah2 masa lampau yg dihubungkan dg kisah masa kini yg up to date.. shg menambah ghiroh kita thd diin ini..

Sedih krn catatan sy ga bs lengkap krn kisah2nya terlewat (dan skrg hilang entah dmn) ? krn saking senengnya.. dibw2 kertasnya..

Ga sabar menanti kuliah di madrasah sirah.. spy bisa menceritakan kisah2 yg sarat nilai ke siswa.. aamiin..

? Nia Sunarti, S.Pd.
?Guru SMA Labschool Kebayoran
?Founder Yayasan Mulia Kreatif Berdaya (Mutiara)

REPORTASE - STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI DI MASA RASULULLAH

Filed Under: Kajian, Madrasah Tagged With: Daurah Ekonomi, kajian, STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI DI MASA RASULULLAHFiled Under: Kajian, Madrasah by Admin

  • 1
  • 2
  • Next Page »

Cari…

Like Page Kami

Like Page Kami

Terbaru….

  • Membaca Akar Persoalan Peradaban
  • PENDAFTARAN MADRASAH KHILAFAH RASYIDAH 2019
  • PENDAFTARAN MADRASAH SIRAH NABAWIYAH 2019
  • Berburu Buku di Kairo untuk Perpustakaan SCI
  • Peran Rihlah dalam Membangun Peradaban Dunia
  • Pandangan Pendidikan Umar bin Khaththab
  • Mengapa Andalus Runtuh?
  • Jami’ Al-Qaraouiyine, Fes
Copyright © 2016 · sirahcommunity.com