Sirah Community Indonesia

Madrasah Sirah Nabawiyah

  • Madrasah
  • Kajian
  • Video

REPORTASE : STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI DI MASA RASULULLAH

December 9, 2016 Leave a Comment by Admin

REPORTASE - STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI DI MASA RASULULLAH

Sabtu, 03 Desember 2016, Sirah Community Indonesia mengadakan kegiatan daurah ekonomi dengan tema “Strategi Rasulullah SAW Dalam Membangun Ekonomi”.

Acara yang bertempat di Universitas Al Azhar Indonesia ini disambut dengan antusias oleh berbagai kalangan baik pengusaha, dokter, guru, pegawai, mahasiswa sampai masyarakat umum.

Dalam pembukaan acara tersebut, Ustadz Asep Sobari, Lc., pendiri SCI, memulai uraiannya dengan menganalisis tantangan ekonomi yang dialami kaum Muslimin setelah hijrah. Tantangan itu berupa pertambahan jumlah penduduk yang drastis, sektor ekonomi Madinah yang masih dikuasai Yahudi, sampai masalah menipisnya cadangan bahan pangan karena berkurangnya suplai barang dari luar sebagai akibat konflik antara Madinah dan Makkah. Sebagai dampak sulitnya kehidupan ekonomi pada saat itu, porsi makanan untuk satu orang dimakan oleh dua sampai tiga orang.

Lalu apa solusi Rasulullah untuk mengatasi masalah ini? Menurut alumni Universitas Islam Madinah ini, solusi penanganannya sesuai dengan potensi ekonomi yang dimiliki kaum Muslim di Madinah. Dari potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki Anshar berupa kebun dan pasar meskipun kurang memadai, tetapi karena adanya manajemen yang hebat dari Rosulullah dalam memanfaatkan SDA tersebut dengan mensinergikan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM), yakni Muhajirin yang ahli dalam berdagang dan Anshar yang ahli dalam bercocok tanam.

Letak geografis Madinah yang sangat potensial sebagai jalur transit perdagangan antara selatan dan utara Jazirah Arab juga menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan ekonomi Islam saat itu. Tidak butuh waktu lama. Hanya dalam rentang waktu delapan tahun saja, pasar Madinah berkembang menjadi pasar termaju di Jazirah Arab.

Menariknya, penerjemah buku Hakadza Zhahara Jiil ash-Shalahuddin karya Majid Irsan Kailani ini juga memaparkan strategi Rasulullah memenuhi suplai barang kebutuhan masyarakat Madinah. Beliau SAW melakukan kontrak politik dengan kabilah-kabilah Arab di sekitar Madinah yang meskipun secara aqidah mereka bertentangan, namun dapat memberi dampak positif pada kehidupan ekonomi umat.

Strategi lain yang diterapkan Rasulullah dalam memenuhi suplai kebutuhan pangan ialah melalui pemanfaatan sumber daya alam dengan memperluas lahan produktif. Lahan-lahan yang mati diolah agar menjadi subur. Selain itu, beliau juga membangun pasar baru sebagai role model pasar ideal berdasarkan syariat Islam. Pasar Islam inilah yang di kemudian hari bersaing dengan pasar terbesar di Madinah milik Yahudi Qainuqa’ yang sebelumnya menjadi pusat perdagangan terbesar.

Pengurus MIUMI ini juga mengatakan bahwa kala itu Rasulullah tidak memerintahkan para sahabatnya untuk memboikot pasar Yahudi, terlebih untuk menutup pasar tersebut meskipun beliau memimpin Madinah. Rasulullah mencontohkan persaingan yang sehat dengan menerapkan syariat Islam dalam sistem pengelolaan pasar. Sehingga tidak sampai tahun kedua setelah hijrah, pasar Islam Madinah mampu mengalahkan pasar Yahudi Qainuqa’ yang penuh kezhaliman. Bukan hanya pedagang lokal, pedagang asing juga tertarik bertransaksi di pasar Islam.

Dalam kesempatan itu, peneliti INSISTS ini menjelaskan cara pandang yang benar terhadap harta, kekayaan, dan kerja bagi seorang Muslim. Bahwa tak ada syarat menerima rizki Allah harus sesuai dengan lulusan bidang pendidikan, atau strata sosial tertentu. Dalam pandangan Islam, jika seorang Muslim menganggur maka itu ialah aib dan dosa besar. Banyak ayat al-Quran dan hadits Rasulullah yang memerintahkan seorang Muslim untuk aktif bekerja.

Saat berikhtiar dan bekerja pun seorang Muslim tidak hanya bersama kepada skill belaka. Ia memiliki perasaan tawakkal dan qona’ah. Hal inilah yang membawa ketenangan hati ketika berikhtiar. Ia tak pernah takut rizkinya direbut orang, karena yakin bahwa rizki yang telah ditakdirkan menjadi miliknya tidak akan bertukar. Begitu juga sebaliknya.

Oleh sebab itu, hal yang pertama yang Rasulullah lakukan di Madinah sebelum yang lain ialah memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Karena Rasulullah ingin membangun standar umum masyarakat Muslim, yaitu masyarakat yang produktif, benar-benar bekerja dan kemudian kebutuhan dasarnya terpenuhi. Oleh karena itu tak ada alasan untuk tidak berprestasi dan tidak berkerja.

Di akhir penjelasannya, pengajar Madrasah Sirah Nabawiyah ini juga sempat menyinggung gerakan wakaf merupakan kekuatan terbesar dalam membangun ekonomi di Madinah dibanding dari hasil ghanimah maupun zakat.

Oleh: Zaili Fitria
Editor: Abu Abdail Bari

Share this:

  • Click to share on Facebook (Opens in new window)
  • Click to share on Twitter (Opens in new window)
  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window)

Related

Filed Under: Acara, Kajian Tagged With: kajian, Madrasah Sirah Community, sirah community, STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI DI MASA RASULULLAHFiled Under: Acara, Kajian by Admin

Tinggalkan Pesan... Cancel reply

Cari…

Like Page Kami

Like Page Kami

Terbaru….

  • Membaca Akar Persoalan Peradaban
  • PENDAFTARAN MADRASAH KHILAFAH RASYIDAH 2019
  • PENDAFTARAN MADRASAH SIRAH NABAWIYAH 2019
  • Berburu Buku di Kairo untuk Perpustakaan SCI
  • Peran Rihlah dalam Membangun Peradaban Dunia
  • Pandangan Pendidikan Umar bin Khaththab
  • Mengapa Andalus Runtuh?
  • Jami’ Al-Qaraouiyine, Fes
Copyright © 2016 · sirahcommunity.com