Sepanjang sejarah kota tua Fes yang telah melewati 1250 tahun, hanya sedikit raja dan penguasa dari enam dinasti Maroko yang namanya dikenal sebesar dan seharum Fathimah binti Muhammad al-Fihri.
Wanita ‘biasa’ penduduk kawasan pemukiman imigran al-Qayrwan inilah pendiri masjid yang paling terkenal di Fes, yaitu Jami’ al-Qarawiyin. Sejarah pun kemudian mencatat seakan tiada Fes tanpa Jami’ al-Qarawiyin.
Fathimah al-Fihri mulai membangun, atau tepatnya mengembangkan Masjid ini pada bulan Ramadhan tahun 245 H / 856 M dengan menggunakan uang pribadinya. Setelah ditinggal ayah dan suami, Fathimah bertekad menghabiskan kekayaan yang ia warisi dari mereka untuk membuat sebuah karya besar yang mengabadikan kesalehannya.
Fathimah membeli lahan dan kebun di sekitar Masjid. Lalu, untuk menghindari syubhat sekecil apapun, ia meminta semua bahan bangunan diambil dari lahan yang dibelinya. Fathimah pun menguatkan tekadnya untuk terus berpuasa sejak pembangunan dimulai hingga selesai tahun 263 H, atau selama 18 tahun!
Perhatian Fathimah al-Fihri tidak hanya berhenti pada tahap pembangunan. Wanita mulia ini juga mewakafkan kebun dan pertokoan agar hasilnya digunakan untuk menunjang operasional Masjid al-Qarawiyin. Kebutuhan air, karpet, lampu, dan tentu saja pendidikan yang berjalan dipenuhi dari hasil wakaf tersebut.
Tujuan mulia, tekad baja, dan pengorbanan tanpa batas inilah yang nampaknya kelak kemudian menjadi “Sunnah” banyak orang, termasuk para penguasa Fes untuk terus merawat dan mengembangkan Masjid al-Qarawiyin. Ibn Khaldun, Sejarawan besar abad 8H, menyebut karya Fathimah al-Fihri ini menjadi inspirasi para penguasa: “Fa-ka-annama nabbahat ‘aza’im al-muluk ba’daha” (Dia seakan membangkitkan semangat para penguasa di masa berikutnya untuk meniru melahirkan karya-karya besar).
Fathimah al-Fihri wafat tahun 265 H, atau hanya dua tahun setelah karya agungnya selesai.
Dia mungkin tidak pernah menduga bahwa dari ketulusan dan kerendahan hatinya itu akan lahir sebuah universitas tertua dan diakui sebagai yang pertama di dunia.
Dia tidak pernah menduga kalau dari buah tangannya itu muncul pembawa lentera peradaban yang mencerahkan semesta.
Di Jami’ al-Qarawiyin, Ibn al-Banna belajar lalu mengajar sebagai sarjana dan matematikawan kelas dunia.
Di sanalah al-Faqih Abu ‘Imran menyampaikan pelajaran-pelajaran berharga yang menginspirasi kelahiran Dinasti Murabithin (Moravid) yang berjasa menyelamatkan Andalus dari keruntuhan dini pada abad 5H.
Di sana pula Ibn Khaldun (sejarawan), Ibn Bajjah (filosof), Ibn al-Arabi (Qadhi Sevilla), Ibn al-Khathib (sastrawan Granada), asy-Syarif al-Idrisi (pembuat peta/globe dunia), Ibn Zuhr (dokter kenamaan), Abu Madyan (sufi kolega pergerakan Abdul Qadir al-Jilani), dan….dan…mengajar, membina, meneliti, menulis, dan menorehkan karya besar mereka.
Fathimah al-Fihri bahkan tidak pernah menduga kalau di salah satu sudut masjidnya itu Ibn Ajurum menulis karya fenomenalnya, yaitu al-Jurumiyah yang mendunia dan dipelajari hingga sekarang oleh anak-anak negeriku di Nusantara.
Fathimah al-Fihri, Jami’ al-Qarawiyin, seperti kata Ibn Khaldun, adalah inspirasi bagi orang-orang besar dan berjiwa besar.
Siapa yang ingin mengabadikan ‘nama’ & amalnya, maka lihatlah mereka!
Wa bi mitsli ha’ula fal-ya’mal al-‘amilun!
Fes, 30 Desember 2017
Asep Sobari